Menma Uzumaki?,, yeah ini mungkin karakter baru pada serial anime Naruto The Movie Road to Ninja,,
ini mungkinmenjadi topik hangat bagi naruto lovers, kenapa ?? ya karena
dia merupakan sosok yang masih misterius pada episode movie mendatang
,, kemunculan Menma uzumaki yang konon katanya muncul di dalam cerita Naruto The Movie : Road to ninja, menurut gw sih Menma Uzumaki itu sendiri mungkin Naruto versi Dunia Tsukoyomi sementara milik Tobi / Obito.
Sedikit Trailer pas nampak Menma'a disini -,- ga panjang sih ,,, tapi bisa lah :))
Berikut ini gambar dan Biodata dari Menma Uzumaki :
* Hadir Di
Movie : Naruto 6: Road to Ninja
Hanya muncul di Movie
*Kepribadian
Tanggal lahir : 10 October (Diduga)
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 15-16
Kekkei Genkai : Sharingan
Bijuu : Kurama(Kyuubi)
Klasifikasi : Jinchūriki
Afiliasi : Konohagakure
Klan : Uzumaki
Menma with Mask
Naruto || Menma
Dai Rasenringu (Great Rasenring)
*Jutsu
Dai RasenRingu
Fuuton : Rasenshuriken
Menma (メンマ, Menma),
karakter yang muncul di Naruto Movie 6 : Road to Ninja, adalah putra
dari Kushina Uzumaki dan Minato Namikaze di alam Genjutsu dari
Konohagakure, Sehingga dia mirip dengan Uzumaki Naruto versi dunia itu, sama seperti Naruto juga , dia adalah jinchuriki dari Kyubi / Kurama
Penampilannya Menma
adalah kebalikan dari Naruto. Jika rambut naruto berwarna kuning, maka
rambut Menma berwarna hitam. Sebelum identitasnya terungkap, Menma
memakai Topeng Kitsune dan jubah hitam dengan kerah bulu berwarna putih.
Di kedua tangannya terdapat sarung tangan dan memanjang sampai
lengannya. Topengnya berguna untuk Untuk menyembunyikan Identitasnya,
dan di ketahui kalau ia juga memiliki Sharingan
Menma ( sharingan )
Kemampuan Kemampuan
Menma ini pada dasarnya sama seperti Naruto, tapi bedanya RasenShuriken
miliknya terlihat lebih Hitam jika di bandingkan milik Naruto , dia
juga tampaknya memiliki kontrol yang lebih baik atas Kurama, karena dia mampu memunculkan selubung bijuu dari tubuhnya...
Sharingan
yang ada dimata kanannya, Mempermudahnya membaca gerak bertarung lawan
dan meniru Tekniknya. sama seperti Kakashi ama Sasuke yang bisa
menjiplak jutsu lawan'a.. itu dia specialnya sharingan -,- .
*Trivia
"Menma" adalah nama bumbu masakan Jepang yang biasanya juga ditemukan dalam Mie Ramen,mirip seperti Naruto.
Kepribadian Menma, bisa disamakan dengan Sisi hitam Naruto (Dark naruto).
Ada
waktu dimana Menma menggunakan Teknik 'Dai Rasenringu' nya untuk
menghancurkan Konoha yang mirip dengan serangan Pain di Konoha.
Mungkin
itu sedikit yang bisa gw jelasin,, ya walaupun ngambil dari blog
tetangga sedikit dan naruto.wikia..... tapi bisa la,,, yang jelas Menma
itu adalah Naruto Versi gelap (Dark Naruto) karena Tobi/Obito sudah
berhasil membuat Rencana'a berjalan walaupun hanya sementara "Tsukoyomi Terbatas" hmmm
yang pastinya kita nunggu saja deh ntar pas Movienya come out ke
Indonesia :D dan bisa nyaksikan langsung gimana serunya Movie ini.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBKONSEP EKOSISTEM DI KELAS
VII
MTs NU ASTANAJAPURA KABUPATEN
CIREBON
(Penelitian Tindakan Kelas)
PROPOSAL
SKRIPSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses
upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku
seseorang atau masyarakat, dari kesadaran tertentu ke suatu keadaan yang lebih
baik. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan suatu kewajiban
bagi setiap manusia, terutama bagi anak-anak yang belum dewasa. (Taqiyuddin,
2008: 1)
Kualitas dan kuantitas pendidikan
sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap
usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya
daya serap peserta didik (Trianto, 2007:1). Selain itu juga yang menjadi
permasalahan yaitu tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan di
Indonesia masih relative rendah (Wahidin, 2006: 40).
Sebagian besar dari proses
perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau
tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru,
belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah, belajar di
rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Belajar selalu berkenaan dengan
perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada
yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain
yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman. Pengalaman yang
terbentuk dari interaksi dengan orang lain atau lingkungannya (Sukmadinata, 2003:155). Unsur perubahan dan
pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang
belajar, yang dikemukakan oleh para ahli.
Inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang berperan penting dalam membangun para digma pembelajaran
konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa. Kegiatan
pembelajaran ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam menggunakan
kemampuan proses dengan merumuskan pertanyaan yang mengarah pada kegiatan
investigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah
data, mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuannya dalam masyarakat
belajar. Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan
keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajran.
Berdasarkan
uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan yang dapat
meningkatkan prestasi belajar biologi siswa berupa penerapan metode untuk
memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap
pemecahan suatu masalah dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas ,maka judul
yang dipilih dalam penelitian ini adalah "Penerapan model pembelajaran
inquiry discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subkonsep
ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura Kabupaten Cirebon. "
B.Rumusan masalah
1.Identifikasi
Masalah
a.Wilayah
Penelitian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran inquiry discovery.
b.Pendekatan
Penelitian.
Pendekatan
penelitian yang digunakan berupa pendekatan kuantitatif
yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil
penelitian menggunakan perhitungan statistik.
c.Jenis Masalah
Jenis masalah dalam
penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran inquiry discovery untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada subkonsep ekosistem di kelas VII MTsNU
Astanajapura Kabupaten Cirebon.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak
keluar dari batas-batas wilayah kajian, maka peneliti membatasi masalah sebagai
berikut :
a.Model pembelajaran
inquiry discovery dalam proses pembelajaran.
b.Hasil
belajar, yaitu pada ranah kognitif (nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran), dengan menggunakan tes awal dan tes akhir.
c.subkonsep
yang di gunakan dalam penelitian yaitu pokok bahasan ekosistem mata IPA Terpadu.
3.Pertanyaan penelitian
Berdasarkan
pada permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
a.Bagimanakah penerapan model
pembelajaran inquiri discovery dalam pembelajaran IPA
Terpadu pada materi Ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura
?
b.Seberapa
besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
inquiri discovery dalam pembelajaran IPA Terpadu
pada materi ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura?
C.Tujuan
Penelitian
1.Mengetahui bagimanakah
penerapan model pembelajaran inquiri discovery dalam pembelajaran pembelajaran IPA Terpadu
pada materi ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura?
2.Mengetahui apakah dengan
menggunakan model pembelajaran inquiri discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA Terpadu pada materi ekosistem di
kelas VII
MTs NU Astanajapura?
D.Manfaat
Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan penulis setelah
penelitian dilaksanakan.
1.Siswa:
hasil penelitian ini
diharapkan bisa semakin meningkatkan hasil belajar siswa Kelas
VIIMTs NU Astanajapura pada bidang studi IPA Terpadu, khususnya
pada penguasaan materiEkosistem.
2.Guru; hasil penelitian ini diharapkan bisa semakin meningkatkan kompetensi
dan profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga dengan begitu aktivitas belajar
dan prestasi belajar siswa bisa ditingkatkan secara optimal.
3.Sekolah; hasil penelitian ini setidaknya bisa
menambah referensi dan khazanah bagi kepustakaan sekolah, yang suatu saat
mungkin berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah setempat.
E.DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memaknai beberapa kata yang
menjadi kunci pokok dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti berusaha
menyamakan persepsi dengan pembaca dalam mendevinisikan kata-kata tersebut:
1.Inkuiri
merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang rlevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi,
mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau ekperimen dengan
menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data,
serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.
2.Pembelajaran adalah
suatu proses interaksi antara seorang guru dengan para siswanya.
3.Hasil
belajar merupakan kemempuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
belajar (Nashar, 2004: 77).
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum
yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah terprogramkan (Mulyasa, 2004:117).
Kurikulum merupakan perangkat
pembelajaran yang dianjurkan pada lembaga pendidikan yang berisikan uraian
bidang studi yang terdiri atas beberapa macam pembelajaran yang disajikan
secara kait berkait. Dalam pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum yang
sekarang dikembangkan dan dilaksanakan. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kopentensi yang
berguna bagi dirinya. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didalam kegiatan pembelajaran. KTSP
(kurikulum tingkat satuan pendidikan) merupakan kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan yang berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Meskipun sudah
ditetapkan sebagai kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, masih sedikit guru
memahami dan melaksanakan KTSP, ini bisa kita lihat pada proses pembelajaran di
kelas-kelas yang menggunakan model-model pembelajaran pola lama, dimana guru
dalam proses pembelajarannya tidak mengembangkan kompetensi peserta didik
seperti yang diharapakan oleh KTSP, guru masih sebagai sentral pembelajaran
(Fadil. 2009).
Belajar selalu berkenaan dengan
perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada
yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman.
Pengalaman yang terbentuk dari interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya (Sukmadinata, 2003:155).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
1995:22).
Tinggi rendahnya kualitas belajar
siswa tergantung pada komponen-komponen antara lain siswa, kurikulum, guru, metode,
sarana prasarana dan lingkungan. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif
bila seluruh komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai
tujuan.misalnya ketertarikan siswa, motivasi siswa, metode guru bervariasi,
teknik guru dalam mengajar di kelas mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa. Apabila metode yang digunakan dalam penyampaian materi-materi tertentu,
siswa antusias untuk belajar, karena siswa termotivasi. Dalam proses
pembelajaran biologi hendaknya guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
Peserta didik (siswa) agar dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan
yang sudah dimilikinya dengan materi ekosistem, maka dalam proses pembelajaran
diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry discovery. Melalui
penerapan model pembeljaran inquiry discovery diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Berikut ini merupakan kerangka
pemikiran dalam penelitian :
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS
TINDAKAN
Hipotesis
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998: 67).Adapun Hipotesis yang penulis ajukan adalah:
“Penerapan Modelpembelajaran Inquiry Discoveryuntuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada konsep
ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura Kabupaten
Cirebon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Model Pembelajaran Inquiry – Discovery
1.Pengertian inqury – discovery
Pembelajaran
inqury-discovery bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan
objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses perkembangan harus dipandang sebagai
stimulus yang menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Bertolak dari
hal tersebut ada beberapa pendapat mengenai defines dari pembelajran Inquiry-discovery
diantaranya adalah: Sund (1975) dalam Moh. Amien (1979: 5) menyatakan bahwa “Discovery
adalah proses mental dimana individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip”.
Menurut Roestiyah (2002: 20) “Discovery
learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri, dan
mencoba sendiri agar anak belajar sendiri”.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain
(2002:22) “ Inquiry –Discovery learning adalah belajar mencari dan
menemukan sendiri”. Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran Inquiry-Discovery adalah suatu kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, mencoba sendiri
sehingga menemukan konsep sendiri.
Pembelajaran discovery harus meliputi
pengalaman-pengalaman belajar untu menjamin siswa dapat mengembangkan proses
penemuan. Inquiry di bentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus
menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain
inquiry adalah suatu proses perluasan proses-proses discovery yang
digunakan dalam cara-cara yang lebih dewasa. Sebagi tambahan pada proses-proses
inquiry-discovery mengandung proses-proses yang lebih tinggi
tingkatannya.
Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran inquiry-discovery
diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran inquiry-discovery
merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah,
sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat
menentukan konsep mentalnya sendiri dengan megikuti petunjuk guru berupa
pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran
inquiry-discovery adalah:
1.Menciptakan suasana yang memberi peluang
untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah.
2.Sebagai fasilitator dalam penelitian.
3.Rekan diskusi dalam pencarian alternatif
pemecahan masalah.
4.Pembingbing penelitian, pendorong keberanain
berpikir alternatif dalam pemecahan masalah.
Sedangkan peranan siswa adalah:
1.Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah
dan merancang alternatif pemecahan masalah.
2.Aktif mencari informasi dan sumber-sumber
belajar.
3.Menyimpulan dan analisis data.
4.Melakukan eksplorasi untuk memecahkan
masalah.
5.Mencari alternatif masalah bila terjadi
kebuntutan.
2.Kelebihan
dan kelemahan pembelajaran Inquiry-Discovery
Setiap model pembelajaran yang digunakan
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pada pembelajaran inquiry-discovery
siswa dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari
sehingga di harapkan dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih
mudah dimengerti dan diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsic siswa
karena siswa merasa puas atas hasil dari penemuan mereka. Pembelajarn ini
menumbuhkan waktu yang cukup banyak, karena dalam prosesnya siswa dihadapkan
pada permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan
data dan informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri.
Apabila selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau kurang terarah,
maka akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas konsep yang dipelajari.
Menurut Roestiyah (2002:20-21) model
pembelajarn inquiry-discovery memiliki kelebihan dan kekurangan:
Kelebihan model pembelajaran inquiry-discovery
yaitu:
a.Mampu mengembangkan penguasaan
keterampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan potensi yan ada pada
diri siswa itu sendiri.
b.Mampu memberikan motivasi belajar,
memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri siswa dengan proses menemukan
sendiri.
Kekurangan model pembelajaran inquiry-discovery
yaitu:
a.Siswa harus ada kesiapan, kemampuan, dan
keberanian untuk mengatahui keadaan sekitarnya dengan lebih baik.
b.Bila kelas terlalu besar, maka bentuk ini
akan kurang berhasil.
3.Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran inquiry discovery
Pembelajaran yang dilakukan dengan
inquiry discovery adalah pembelajaran dimana metode-metode tersebut tidak lepas
dan tetap berpijak pada langkah-langkah inquiry discovery. Secara garis besar
prosedur pelaksanaan pembelajaran discovery menurut Syaiful Bahri dan Aswan
Zain (2002:22) adalah sebagai berikut:
a.Stimulation
: guru
mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca
ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan,
b.Problem
statement:
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebagai persoalan,
c.Data
collection:
pengumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamatti
obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba sendiri dan
lain-lain oleh siswa,
d.Data
prosessing:
pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan
data pada tinkat kepercayaan tertentu,
e.Verifikasion atau pembuktian : pembuktian dari
hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang
telah ada,
f.Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
4.Macam-macam pembelajaran inquiry discovery
Menurut Moh. Amien (1979:15) bahwa
pengembangan kemampuan “inquiry discovery’ pada diri siswa melalui pengajaran
science dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:
a.Guided
discovery-inquiry
b.Discovery-inquiry
bebas
c.Discovery-inquiry
babas yang termodifikasi
d.Inquiry
role approach
e.Invitation
into inquiry
f.Pictorial
riddle
g.Synthetic
lesson
Dari beberapa jenis tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
Salah satu pengembangan kemampuan “discovery-inquiry”
pada diri siswa melalui pengajan science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided
discovery-inquiry laboratorylesson. Menurut Moh. Amien (1979 : 15)
“Istilah “guided discovery-inquiry” digunakan apabila didalam kegiatan
“discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan/ prtunjuk yang cukup luas
kepada siswa, sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa guided discovery-inquiry atau discovery-inquiry
tebimbing adalah kegiatan pembelajaran penemuan, di mana
permasalahan/problem diberikan oleh guru.
Siswa tidak merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Menurut Moh. Amien (1979 : 15-16)
Pada umumnya suatu “guided discovery lablesson” terdiri dari:
1) Pernyataan problema : problema
untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagi pertanyaan atau peryataan
biasa;
2) Prinsip atau konsep yang
diajarkan : prinsip-prinsip dan/atau konsep-konsep yang harus ditemukan oleh
siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat;
3) Alat/Bahan : alat/bahan harus disediakan
sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan;
4) Diskusi pengarahan : berupa
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan
sebelum para siswa melakukan kegiatan “discovery-inquiry”;
5) Kegiatan discovery-inquiry
: kegiatan metoda “discovery-inquiry” oleh siswa berupa kegiatan
percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep
dan/atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru;
6) Proses berpikir siswa : proses
berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang “mental operation: siswa yang
diterapkan selama kegiatan berlangsung;
7) Pertanyaan yang bersifat
“open-ended” : pertanyaan yang bersifat “open-ended” : harus berupa
pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang
dapat dilakukan oleh siswa;
8) Catatan guru : catatan guru
berupa catatan-catatan lain yang meliputi : penjelasan tentang hal-hal atau
bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran, isi/materi pelajaran yang
relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variable yang dapat mempengaruhi hasil.
b).Discovery-Inquiry Bebas (Free Discuvery-Inquiry)
Discover-inquiryy
bebas merupakan
suatu kegiatan pembelajaran yang memberi kebebasan siswa untuk menentukan
masalah sendiri, mencari konsep, dan merancang eksperimen sampai mencari
kesimpulan. Di sini guru hanya sebagai teman belajar apabila diperlukan sebagai
tempat bertanya. Biasanya discovery bebas tidak berjalan, siswa masih
memerlukan bimbingan
c). Discovery-Inquiry
Bebas Termodifikasi (Modified Free Discovery-Inquiry)
Model pembelajaran discovery-inquiry
bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan discovery-inquiry bebas
tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini
guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur
penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di dorong untuk memecahkan
masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.
d).Inquiry Role
Approach (I.R.A)
Menurut Moh. Amien (1979: 21) inquiry role
approach (I.R.A) merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang melibatkan
siswa dalam team-team yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk
memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota team diberi tugas
suatu perananan yang berbeda-beda sebagai berikut: 1) team coordinator; 2)
technical advisor; 3) data recorder; 4) proses evaluator. Anggota team
menggambarkan peranan-peranan di atas, bekerja sama untuk memecahkan
problem-problem yang berkaitan dengan topic yang disetudi. Misalnya: populasi
burung, tingkah laku tikus, anak abnormal, dan sebagainya
e).Pictorial Riddle
Menurut Moh. Amien (1979: 23) Pembelajaran
dengan menggunakan”pictorial riddle” adalah salah satu teknik/metoda untuk
mengembangkan motivasi dan interest siswa di dalam diskusi kelompok kecil
maupun besar. Gambar peraga atau situasi yang sesunggunya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatip siswa. Suatu “riddle” biasanya
berupa gambar di papann tulis dan sebagainya, kemudian guru mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan “riddle”.
B. Hasil
Belajar
1.Pengertian
hasil belajar
Hasil belajar merupakan
kemempuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar
(Nashar, 2004: 77). Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 170) mengemukakan bahwa evaluasi
adalah keseluruha kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi,
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan ) untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. Selain itu
hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang memiliki ciri-ciri: 1)
Tingkah laku baru berupa kemampuan yang actual, 2) kemampuan baru tersebut
berlaku dalam waktu yang relative lama, 3) kemampuan baru tersebut di peroleh
melalui suatu aktifitas. Gagne mengungkapkan hasil belajar sebagai kapasitas
atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar meliputi lima katagori hasil
belajar, yaitu: 1). Ketrampilan intelektual, 2). Informasi verbal 3). Strategi
kognitif, 4). Ketrampilan kognitif, dan 5). Sikap atau nilai-nilai.
Dimana hasil dari proses pembelajaran
itu ialah perubahan perilaku individu secara keseluruhan yang menurut Benyamin
Bloom (1956) dalam surya (2004: 17) menyebutkan ada tiga perilaku sebagai hasil
dari pembelajaran, yaitu : Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Hasil perilaku
yang di peroleh selanjutnya dapat di pergunakan untuk memperbaiki cara belajar
siswa agar menuju ke arah yang lebih baik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar
Uraian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut adalah sbagai berikut:
1. Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua
bagian penting, yakni:
a. Faktor environmental input
(lingkungan)
kondisi lingkungan juga mempengaruhi
proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/alam dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik/alami termasuk didalamnya adalah seperti
keadaan suhu, kelembapan, kepengapan, udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan
udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan
udara yang panas dan pengap. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia
maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
b. Faktor-faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah
faktor yang keberadaan dan pengunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil
belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan.
Faktor-faktor instrumental ini dapat
berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti:
·Gedung
perlengkapan belajar
·Alat-alat
praktikum
·Perpustakaan,
dan sebagainya,
Adapun faktor-faktor lunak (software), seperti:
·Kurikulum
·Bahan/program
yang harus dipelajari,
·Pedoman-pedoman
belajar dan sebagainya
2. Faktor dari
dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi
individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi
menjadi dua bagian:
a. Kondisi fisiologis anak
b. Kondisi psikologis anak
Di antara berbagai factor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar, maka sebenarnya kondisi individu si pelajar/anaklah
yang memegang peranan paling menentukan, baik itu kondisi fisiologis maupun
psikologis.
a. Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis,
seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cape, tidak dalam keadaan
cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan mengganggu
kondisi fisiologis), dan sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan
hasil belajar. Anak yang kekurangan gizi misalnya, ternyat kemampuan belajarnya
berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang
kekurangan gizi biasanya cenderung lekas lelah,cape, mudah mengantuk dan
akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Di samping kondisi yang umum
tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil
belajar adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan
pendengaran. Sebagian besar orang melakukan aktivitas belajar dengan
mempergunakan indera penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi psikologis anak
sebagaimana diuraikan terlebih dahulu
mengenai dasar-dasar psikologi belajar, di mana setiap manusia atau anak didik
pada dasarnya memiliki kondisi psiokologi yang berbeda-beda (terutama dalam hal
kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu perbedaan-perbedaan itu sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seprti minat yang rendah, tentu hasilnya
akan lain jika dibandingkan dengan anak yang belajar dengan minat yang tinggi,
dan seterusnya.
Di bawah ini akan di uraikan beberapa
faktor psikologis yang di anggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil
belajar.
1. Minat
Seperti contoh di atas, minat sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu
dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.
2. Kecerdasan
Telah menjadi pengertian yang
relative umum bahwa kecerdasan memegang peranan besar dalam menentukan berhasil
tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program
pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar
daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur
dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya
dinyatakan dengan angka yang menunjukan perbandingan kecerdasan yang terkenal
dengan sebutan Intelligence Quotient (IQ).
3. Bakat
Di samping intelegensi, bakat
merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Hamper tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang
yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu
4. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikolagis yang mendorong seseorang untuk belajar. ( Ahmadi dan
Joko, 1997:105).
C.Penelitian
Tidakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu bentu penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih professional (Suyanto,
1997:4).
Dalam
literature bahasa inggris, PTK dikenal dengan istilah classroom action
research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi perhatian para ahli
pendidikan dunia. Seiring dengan perubahan pola pandang masyarakat terhadap
tugas para pendidik sebagai profesi yang tidak lagi inferior. Para praktisi
pendidikan dunia berupaya memposisiskan pekerjaan guru sebagi profess yang
sejajar dengan profesi-profesi yang lainnya.
Menurut Sukidin, dkk (2002:54), ada 4 (empat)
macam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) penelitian tindakan guru
sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3) penelitian tindakan
simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan itu ada
persamaan dan perbedaannya.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
tindakan kolaborasi , dimana guru berkolaborasi dengen peneliti terlibat
langsung secara penuh dalam proses pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap
menyusun perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi dan tahap refleksi. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran
yang berkesinambungan.
Sebenarnya ada beberapa
macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. namun, model yang
tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru di kelas adalah
penelitian model siklus. model ini dikembangkan oleh kemmis dan Mc Tanggart
pada tahun 1988 dari dekain university australia (ansori, 2009:68).
Penelitian ini mengandung emapt komponen, yaitu:
a.Rencana (planing)
Pada komponen ini guru
sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki dalam meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan
perstasi belajar siswa.
b.Tindakan (Action)
Pada komponen ini guru
melaksanakan tindakan, berdasarkab
rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan
peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi
belajar siswa yang diinginkan.
c.Pengamatan(Observation)
Pada komponen ini guru
mengamati damapak atau hasil dari tindakan yang dilakasanakan atau dikenakan
terhadap siswa. apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan
pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
atau tidak
d.Refleksi(Reflektion)
Pada komponen ini guru
mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari
tindakan.
Sesuai dengan jenis rancangan penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan
kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam ansori, 2009:68), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi
(pengamatan) dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar 1 berikut :
Gambar 2.1.: Alur PTK Kemmis dan Taggart
Penjelasan alur diatas
adalah:
1. Rancangan/rencana awal.
Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk
di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran atau rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini guru menerapkan tindakan yang telah disusun dan
direncanakan sebelumnya, yang tidak lain adalah langkah-langkah kegiatan
pembelajaran terkait dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Discovery yang
telah dipilih dan ditetapkan.
3. Pengamatan
atau observasi. Tahap ini pelaksanaannya bersamaan dengan tahap sebelumnya,
yakni pelaksanaan tindakan. Dan jika pelaksana tindakan (guru) sekaligus
bertindak sebagai pengamat (dalam penelitian tindakan individual, di mana guru
bertindak sekaligus sebagai peneliti tanpa kolaborasi dengan pihak lain), maka
instrumen pengamatan sebaiknya telah disiapkan secara terstruktur dan
sistematis.
4. Refleksi. Tahap ini merupakan kegiatan untuk
merenungkan dan memikirkan kembali tindakan-tindakan yang sudah maupun yang
belum dilakukan, keberhasilan dan
kekurangannya, hambatan-hambatan yang dihadapi selama melakukan tindakan, dan
lain sebagainya. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai
pengamat (peneliti), maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata
lain, guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan ”dialog” dengan dirinya
sendiri untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah
sesuai dengan rencana, atau untuk menemukan hal-hal yang masih perlu
diperbaiki. Dalam hal seperti ini maka guru melakukan ”self evaluation”,
introspeksi, oto-kritik, dan sebagainya yang sudah barang tentu diharapkan bisa
bersikap obyektif. Dan untuk menjaga obyektifitas yang diharapkan seringkali
diperlukan hasil refleksi itu divalidasi atau minimal dikonsultasikan dengan
teman sejawat, ketua jurusan, kepala sekolah, atau pihak lain yang kompeten
dalam bidang itu. Jadi pada intinya, kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi
tindakan, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak
lanjut dalam perencanaan siklus penelitian berikutnya.
D.Kajian
Konsep Mata Pelajaran Biologi
1.Ekosistem
Ekosistem
merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang
didalamnya trdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat dan saling
mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal
dari bahasa yunani yaitu oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu).
Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup dan
interksi antar makhluk hidup dan lingkunhgannya. Dalam ekologi, kamu akan
mempelajari makhluk hidup sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya.
a.Komponem
Penyusun Ekosistem
1.Komponem
biotik
Komponem
bioti merupakan komponem yang terdiridari tumbuhan, hewan manusia dan
mikroorganisme. Berdasarkan fungsi, komponem biotik di bedakan menjadi:
a.Produsen
Produsen merupakan kelompok organism yangn
dapat membuat makanan sendiri. Semua jenis tumbuhn yang dapat memuat makanan
sendiri? Tumbuhan dapay membuat makanan sendiri melalui fotosintesis.
b.Konsumen
Kelompok
yang terdiri dari hewan dan manusia. Kelompok ini tidak dapat membua makanan
sendiri, untuk itu tergabtung pada organisme lain . organism tersebut disebut
organism heterotrof, ysng srtinys orgsnisme yang tidak dapat membuat
makanan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya tergantung pada organism
lain. Maka di sisni terjadi peristiwa makan memakan.
Berdasarkan tingkat
makanannaya, terbagi menjadi:
1.Konsumen I atau primer: organisme
yang makan produsen (tumbuhan hijau)
2.Konsumen
II atau sekunder: organism yang makan konsumen I atau primer.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen sebagai organisme heterotrof
di bagi menjadi:
1)Herbivora
: hewan pemakan tumbuhan
Contoh: kerbau,
kambing, belalang.
2)Karnivora:
hewan pemakan daging
Contoh: anjing,
elang, harimau.
3)Omnivora:
hewan pemakan segalanya
Contoh: tikus, ayam.
Luwak.
c.Pengurai
atau dekompuser
Merupakan organisme yang
menguraikan senyawa organic atau bahan makanan yang ada pada sisa organisme
menjadi senyawa an organic yang lebih kecil. Pengurai biasanya dari golongan jamur
dan bakteri yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan mereka memperoleh
makanan dengan cara menguraikan organism yang telah mati. Hasil penguraian ini
berupa zat mineral tersebu akan meresap kdalam tanah. Zat mneral tersebut akan
dia ambil tumbuhan.
2.Komonem
abiotik
Merupakan komponem yang tak hidup. Komponem itu antara lain: tanah,
air, udara, cahaya matahari.
2.Satuan-
satuan ekosistem
Individu merupakan makhluk hidup tunggal. Sedangkan populasi
merupakan sekelompok makhluk hidup yang sejenis mendiami tempat tertentu.
Kepadatan populasi suatu jenis makhluk hidup pada satu daerah dari tahun ke
tahun mengalami perubahan.
Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perubahan populasi, sebagi
berikut:
1.Adanya
individu yang dating, yaitu karena adanya kelahiran (natalitas) dan imigrasi.
2.Adanya
individu yang pergi, karena adanya kematian (mortalitas) dan emigrasi.
Tempat hidup makhluk hidup itu disbut dengan habitat. Populasi
rumput, populasi semut dan populasi hidup bersama-sama di tempat tertentu
dsebut komunitas. Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi yang berbeda dan
hidup bersama pada tempat tertentu. Makhluk hidup bertempat tnggal dalam suatu
habitat akan tergantung pada lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar makhluk hidup. Kesatuan antar komunitas dengan lingkungannya di
mana didalamnya ada hubungan timbalbalik disebut dengan ekosistem.
Terdapat dua macam ekosistem, yaitu:
1.Ekosistem
buatan: yang sengaja dibuat oleh manusia. Misal: sawah, kolam akuarium.
2.Ekosistem
alami: yang tidak dibuat oleh manusia tetapi sudah ada dari alam. Misal:
sungai, panta, hutan.
Ekosistem terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari seluruh
ekosistem yang ada di permukaan bumi.
3.Hubungan
Saling Ketergantungan
Di dalam suatu ekosistem, saling
ketergantungan antar yang satu dengan yang lainnya meliputi dua bagian, yaitu:
1.Saling
ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik. antara mkhluk
hidup dengan lingkungan abiotik memiliki hubungan sangat erat. Sebagai contoh:
a.Hubungan
cacing tanah dengan kesuburan tanah
Cacing tanah sebagai
makhluk hidup tentu saja melakukan aktifitas hidup seperti makhluk hidup yang
lain. Gerakan cacing tanah di dalam tanah akan mengakibatkan terjadinya
lubang-lubang didalam tanah. Adanya lubang—lubang tersebut menimbulkan rongga
udara dan mengakibatkan kadar oksigen di dalam tanah.
b.Hubungan
antara tumbuhan, tanah dan air.
Lahan
gundul (lahan yang tidak tertutup oleh tanaman) memiliki kemampuan yang sangat
rendah dalam menyerap air. Pada saat hujan turun, air akan banyak mengalir
diatas permukaan dari pada kedalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
banjir atau erosi (pengikisan tanah oleh air hujan). Namun, apabila permukaan
tanah tertutup oleh rumput atau tumbuhan lain, maka bila hujan turun, air akan
banyak meresap kedalam tanah dan tertahan oleh akar tumbuhan menjadi air tanah.
2.Saling
ketergantungan antara produsen, konsumen, pengurai dan lingkungan.
Di
antara produen, konsumen dan pengurai adalah saling ketergantungan. Tidak ada
makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk
lainnya. Setiap makhluk hidup memerluka makhluk hidup yang alinnya untuk
saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan
saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui
peristiwa makan dan memakan melalui peristiwa sebagai berikut:
a.Rantai
makanan
Rantai
makanan merupakan makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan urutan
tertentu.
Gambar 2.2. Rantai makanan
b.Jarring-jaring
makanan
Merupakan
sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem.
Gambar 2.3. Jaring-jaring
Makanan
c.Piramida Makanan
Merupakan
gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya.
Dalam piramida ini semakin ke puncak biomassanya semakin kecil.
Gambar 2.4. Piramida Makanan.
d.Arus
Energi
Merupakan
perpindahan energy dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Yaitu dari
sinar matahari lalu produsen, ke konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II
sampai pengurai. Sedangkan mineral membentuk siklus. Energy yang dilepas sangat
kecil karena setiap organism membutuhkan energy dalam memenuhi kebutuhannya.
e.Siklus
energi
Merupakan
perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Akhirnya akan kembali
ketempat zat itu berasal. Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada
hubungan timbale balik diantara komponem-komponem ekosistem.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Waktu
dan Tempat Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari tanggal …….. sampai dengan tanggal ……
2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di kelas VII MTs NU Astanajapura, yang terletak di desa Astanajapura Kecamatan
Astanajapura Kabupaten Cirebon.
B.Kondisi
Umum Wilayah Peneltian
MTs NU Astanajapura
mulai berdiri tahun 1982. Lokasinya terletak di Jalan raya Astanajapura KM. 14
Desa Astanajapura Kecamatan Astanajapura Kabuapten Cirebon. MTs NU Astanajapura
ini terletak di antara dua kawasan yaitu pemikiman penduduk dan areal
perkebunan.Sebelah barat perumahan penduduk dan sebelah utara areal sawah atau
perkebunan.
Berdasarkan hasil
observasi, jumlah guru yang mengajar di MTs NU Astanajapura sebanyak 31 orang
guru sudah termasuk kepala sekolah. Dimana untuk guru IPA-nya berjumlah 3
orang. Dan karyawan TU di MTs NU Astanajapura ini ada 6 orang sudah termasuk 1
orang penjaga dan pesuruh 1 orang. Adapun jumlah siswa pada tahun pelajaran
2011/2012 tercatat 419 siswa. Dengan rincian kelas VII 140 siswa, kelas VIII 139
siswa, dan kelas IX 140 siswa. Untuk sarana dan prasarana di MTs NU
Astanajapura kurang memadai, ini dapat dilihat dari tidak adanya sarana olah
raga seperti lapangan basket. Kalau masalah ruanngan sudah sangat memadai,
sehingga ruang kelas tidak bergantian. Selain itu terdapat ruang perpustakaan,
tata usaha, kepala sekolah, guru, BK/BP, OSIS, Koperasi, Musholla.
Kegiatan belajar
mengajar di MTs NU Astanajapura selalu mengikuti perkembangan kurikulum yang
diberlakukan oleh pemerinah. Adapun kurikulum yang diberlakukan saat ini adalah
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dimana dalam penerapan kurikulum
ini dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional. Dalam hal ini tenaga pengajar
yang dimiliki MTs NU Astanajapura cukup
memadai karena dari 3 orang guru IPA sudah menyelesaikan jenjang S1 (sarjana)
yang merupakan syarat untuk mengajar di
tingkat SMP/MTs supaya kompeten dibidangnya.
Dengan demikian proses
belajar mengajar di MTs NU Astanajapura dapat dikatakan sudah memenuhi syarat
dan cukup optimal dalam mengikuti perkembangan pendidikan.
Fasilitas dalam
pembelajaran sains yang ada pada MTs NU Astanajapura tersebut belum memadai,
karena belum adanya ruangan laboratrorium biologi.
C .Desain Penelitian
Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah model dari kemmis & McTaggart , yang menggunakan
sistem spiral. Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penelitian yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan,
observasi, dan refleksi.
Gambar 3.1: Alur PTK Kemmis dan Taggart
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
1.Sumber
data
a.Teoretis,
berupa data yang diperoleh dari berbagai literature seperti buku-buku yang
relevan, jurnal, internet dan lain-lain.
b.Empiris,
sumber data yang diperoleh berdasarkan penelitian dan pengamatan langsung
sehingga diperoleh data yang akurat.
2.Populasi
dan Sampel
a.Populasi
Menurut Riduwan
(2006: 3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil
pengukuran yang menjadi obyek penelitian.
Dalam peneletiian ini penulis mengambil populasi siswa kelas VII di MTs
NU Astanajapura kelas VII B dengan
jumlah siswa tersebut sebanyak 40 siswa.
b.Sampel
Menurut Riduwan (2006: 56) yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Dalam pengambilan sampel yang akan diteliti, penulis menggunakan teknik sampel
random sampling. Adapun bentuk pengambilan sample yang
penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan sample random. Di dalam
pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi
sehingga semua subyek dianggap sama dan memperoleh kesempatan dipilih menjadi
sampel yaitu kelas VII B dengan jumlah siswanya 40 orang. Dimana penulis
merujuk kepada Suharsimi Arikunto (2006: 134).
E.Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.Test, Dalam hal ini penggunaan metode test bertujuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam subkonsep ekosistem
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan peta konsep. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah test formatif dalam bentuk pilihan ganda.
2.Wawancara,
yaitu melakukan komunikasi secara langsung untuk meperoleh informasi,
penjelasan, dan tanggapan dari kepala sekolah, staf TU, dan guru.
3.Angket/kuesioner,
yaitu melakukan komunikasi secara tidak langsung dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan tertulis kepada para siswa, untuk memperoleh data berupa
tanggapan sebagai bahan penganalisaan terhadap perumusan masalah yang telah
ditetapkan.
4.Studi Dokumentasi, yaitu
melakukan pengkajian terhadap beberapa dokumen yang berkaitan dengan
data sekolah.
5.Pedoman
Observasi
Pedoman observasi ini merupakan lembaran
yang berisi aspek pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung di dalam kelas dan pedoman lembar observasi ini
terdapat di lampiran.
F.Analisis Data Instrumen
a)Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto,
2002:65).
Validitas dalam ranah kognitif ada
dua macam, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
1)Validitas
isi soal
Untuk memenuhi validitas isi soal
sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu
berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2)Validitas
butir soal
Menurut Suharsimi Arikunto (2002)
“sebuah tes dikatakan memiliki valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat”. Rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment.
(Arikunto,
2002:72)
Keterangan:
rxy : angka indeks korelasi “r” Product Moment
N : jumlah subjek penelitian (Number of Cases)
∑X : jumlah seluruh skor X
∑Y : jumlah seluruh skor Y
∑xy : jumlah perkalian skor X dan skor Y
Kriteria:
0,80 – 1,00 : sangat tinggi
0,60 – 0,80 : tinggi
0,40 – 0,60 : cukup
0,20 – 0,40 : rendah
0,00 – 0,20 : sangat rendah
(Arikunto, 2002:75)
Nilai thitung
yang diperoleh dikonsultasikan dengan ttabel dengan taraf
signifikansi 5 % dan df = N-2 (Sudijono, 2003:181). Jika rhitung > rtabel,
maka item soal tersebut valid, dan pada keadaan lain, item soal tersebut tidak
valid.
b)Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan dapat
dipercaya, artinya suatu instrument dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrument tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas tes
menggunakan metode belah dua (Split-half method), yaitu skor-skor yang
diperoleh dari soal-soal bernomor ganjil yang dikorelasikan dengan skor genap.
Untuk mencari reliabilitas seluruh tes menggunakan rumus Spearman-Brown:
(Arikunto, 2008:93)
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria:
r11 ≤ 0,20 : sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40
: rendah
0,40 < r11 ≤ 0,60
: sedang
0,60 < r11 ≤
0,80 : tinggi
0,80 < r11 ≤
1,00 : sangat tinggi
c)Tingkat
Kesukaran
Arikunto (2002: 144) ,
soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menentukan derajat kesulitan digunakan rumus sebagai
berikut:
IK= SA + SB
Nx Maks
Dengan:
IK = Indek kesukaran
SA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
SB = jumlah jawaban salah pada kelompok bawah (B)
N = jumlah siswa
Maks = Skor Maksimal
Kriteria harga indeks kesukaran adalah sebagai
berikut :
IK = 0,00 = sangat sukar (sebaiknya dibuang)
0,00 <IK < 0,30 =
sukar
0,31 <IK < 0,70 =
sedang
0,71 <IK < 9,99 =
mudah
IK = 1,00 = sangat mudah, sebaiknya dibuang
( Subana
dan Sudrajat, 2001: 133-134)
d)Daya
Pembeda
Daya pembeda adalah yang digunakan dalam membedakan antara peserta test
yang berkemampuan tinggi dan peserta test yang berkemampuan rendah
(Surapranata, 2004 : 23)
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
DP = SA - SB
1 Nx Maks
2
Dengan:
DP =
daya pembeda
SA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
SB = jumlah jawaban salah pada kelompok bawah (B)
N = jumlah siswa
Maks = Skor Maksimal
Kriteria harga daya
pembeda adalah sebagai berikut :
Kriteria harga indeks kesukaran adalah sebagai
berikut :
DP < 0,00
= Sangat jelek
0,00 <DP < 0,20
= Jelek
0,21 <DP < 0,40
= Sedang
0,41 <DP < 7,00 =
Baik
0,71
<DP < 1,00 = Sangat baik
( Subana
dan Sudrajat, 2001: 134-135)
e). Angket
Menurut Riduwan (2006: 7) angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai
dengan permintaan pengguna.
Angket ini
berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan kepada siswa dengan memberikan
lima alternative pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Skala yang
digunakan ialah skala Likert, dengan ketentuan-ketentuan untuk alternatif
jawaban positif SS= 5, S= 4, N= 3, TS= 2 dan STS=1, dan untuk skor pernyataan
negatif SS= 1, S= 2, N= 3, TS= 4 dan STS= 5.
Tabel 1.
Kriteria Interpretasi Skor Angket
No.
Angka
Kriteria
1
0% - 20%
Sangat Lemah
2
21% - 40%
Lemah
3
41% - 60%
Cukup
4
61% - 80%
Kuat
5
80% - 100%
Sangat Kuat
(Riduwan,2006: 89).
G.Prosedur Penelitian
Adapun model ini
terdiri dari 4 komponen penelitian yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan,
observasi, dan refleksi.
Pembelajaran IPA Terpadu kelas VIIMTs NU Astanajapura didesain
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry discovery
Dan tahapan penelitian tindakan kelas
ini meliputi :
1. Siklus I
Siklus I ini secara terperinci akan
dipaparkan sebagai berikut ini : a. Perencanaan
Pada tahap observasi dan wawancara disekolah,
peneliti dapat menyimpulkan beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan
dalam menangani kendala yang ada disekolah tersebut terutama permasalahan dikelas
VII. Oleh karena itu, peneliti telah merencankan tindakan yang akan dilakukan
pada kegiatan pembelajaran.
Berikut ini
merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
: penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model Inquiry
Discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP
digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan
belajar mengajar.
Penyusunan dan penyiapan soal test,
persiapan sarana belajar.Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiayan
proses belajar mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model Inquiry Discovery seperti yang telah direncanakan
sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan
kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Adapun rician pelaksanaan tindakanya
adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan Pendahuluan
a.Absensi
b.Motivasi
1) Apa yang dimaksud dengan
ekosistem?
c. Apersepsi
1) Menyebutkan standar
kompetensi
2) Menyebutkan
kompetensi dasar
3) Menyebutkan indikator
pencapaian tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a.Guru membahas tentang pengertian ekosistem beserta
dengan komponem-komponemnya.
b.Dengan bimbingan guru siswa mengkomunikasikan dan menyimpulkan tentang pengertian ekosistem.
c.Guru bersama siswa mendiskusikan komponem-komponem ekosistem.
3.Kegiatan akhir
a.Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan
dari materi yang telah disampaikan.
b.Siswa melaksanakan
evaluasi materi ekosistem sebagai tolak ukur
keberhasilan KBM
c.Guru
membuat refleksi dari hasil kegiatan dan memberi tugas rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan ataun
popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat
kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati
jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini
peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang
tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan
pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan
menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru
peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara
optimal.
d. Refleksi
Pada
tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang
telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang
ingin dicapai.
Refleksi
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa
yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya.
Pada
refleksi II
kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
dan sebelum guru menggunakan model inguiry discovery dalam menentukan komponem-komponem
ekosistem. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan
pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II.
2. Siklus II
Siklus dua dapat
dilakuakn setelah pemahaman siswa dari siklus I terdeteksi dan siklus II ini
digunakan guna memperbaiki Siklus I. siklus II ini juga memiliki beberapa
tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut ini
merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
: penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model inquiry
discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP
digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan
belajar mengajar.
Penyusunan dan
penyiapan soal test, persiapan sarana belajar, LKS yang disusun peneliti untuk
dikerjakan peserta didik. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiatan proses belajar
mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran nquiry discovery seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan
ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
1. Kegiatan
Pendahuluan
a.absensi
b.Motivasi
1)
Siswa di suruh menyebutkan satuan-satuan dalam
ekosistem.
c.Apersepsi
1) Menyebutkan standar
kompetensi
2) Menyebutkan
kompetensi dasar
3) Menyebutkan indikator
pencapaian tujuan pembelajaran
2. Kegiatan
Inti
a.Guru mengkondisikan siswa untuk membentuk kelompok kerja.
b.Guru mempersiapkan dan
mendampingi siswa untuk melakukan membuat peta konsep tentang
komponem-komponem ekosistem.
c.Memfasilitasi
peserta didik membuat kesimpulan secara tertulis
dan dilanjutkan
diskusi kelompok.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru melakukan
penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh
pembahasan.
b.
Guru memberi tugas rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan ataun
popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat
kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati
jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini
peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang
tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan
pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan
menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru
peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara
optimal.
d. Refleksi
Dari kegiatan yang
dilakukan peneliti, wawancara dan post tes, dapat dilihat perlunya remedial
sebagai bahan perbaikan dan pengendali kegiatan belajar mengajar tahap
berikutnya agar berjalan seperti model yang yang akan diterapkan oleh peneliti
yaitu model pembelajaran inquiry discovery Refleksi ini akan dilakukan dalam kegiatan
pada siklus I dan II.
Pada
refleksi III
kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
dan sebelum guru menggunakan model inguiry discovery dalam menentukan hubungan
antar komponem-komponem ekosistem. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan
menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai
dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus
III.
3.
Siklus III
Siklus tiga dapat dilakuakn
setelah pemahaman siswa dari siklus I dan II terdeteksi
dan siklus III ini digunakan guna memperbaiki Siklus I dan II. siklus III ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu rencana,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut ini
merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
: penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model inquiry
discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP
digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan
belajar mengajar.
Penyusunan dan
penyiapan soal test, persiapan sarana belajar, LKS yang disusun peneliti untuk
dikerjakan peserta didik. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiatan proses belajar
mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran inquiry discovery seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan
ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
1. Kegiatan
Pendahuluan
a.Absensi
b.Motivasi
1)
Siswa di suruh menyebutkan hubungan antar
komponem ekosistem.
c.Apersepsi
1) Menyebutkan standar
kompetensi
2) Menyebutkan
kompetensi dasar
3) Menyebutkan indikator
pencapaian tujuan pembelajaran
2.
Kegiatan Inti
a.Guru mengkondisikan siswa untuk membentuk kelompok kerja.
b.Guru mempersiapkan dan
mendampingi siswa untuk melakukan membuat peta konsep tentang hubungan
komponem-komponem ekosistem.
c.Memfasilitasi
peserta didik membuat kesimpulan secara
tertulis dan dilanjutkan diskusi kelompok.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru melakukan
penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh
pembahasan.
b.
Guru memberi tugas rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan atau
popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat
kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati
jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini
peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang
tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan
pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan
menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru
peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara
optimal.
d. Refleksi
Dari kegiatan yang
dilakukan peneliti, wawancara dan post tes, dapat dilihat perlunya remedial
sebagai bahan perbaikan dan pengendali kegiatan belajar mengajar tahap
berikutnya agar berjalan seperti model yang akan diterapkan oleh peneliti yaitu
model pembelajaran inquiry discovery Refleksi yang telah dilakukan dalam
kegiatan pada siklus III.
Pendahuluan
Gambar
3.1 Bagan Alur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko
Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :Pustaka Setia
Arikunto, S
. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Aripin, Ipin. 2008. Modul Pelatihan teknik pengolahan Data dengan Excel
dan SPSS. Tidak diterbitkan.
Azwar, S. 1998. Metode
Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dimyati
dan Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Mohamad
Jauhar.2011. Implementasi Paikem Dari Behavioristik Sampai Kontruktivistik.
Jakarta :Prestasi Pustakarya