Jumat, 03 Mei 2013

Uzumaki Menwa (Dark Naruto)

Uzumaki Menma (Dark Naruto)

Menma Uzumaki?,, yeah ini mungkin karakter baru pada serial anime Naruto The Movie Road to Ninja,, ini mungkinmenjadi topik hangat bagi naruto lovers, kenapa ?? ya karena dia merupakan sosok yang masih misterius pada episode movie mendatang ,,
kemunculan Menma uzumaki yang konon katanya muncul di dalam cerita Naruto The Movie : Road to ninja, menurut gw sih Menma Uzumaki itu sendiri mungkin Naruto versi Dunia Tsukoyomi sementara milik Tobi / Obito.


Sedikit Trailer pas nampak Menma'a disini -,- ga panjang sih ,,, tapi bisa lah :))


Berikut ini gambar dan Biodata dari Menma Uzumaki :
* Hadir Di

  • Movie : Naruto 6: Road to Ninja
  • Hanya muncul di Movie
*Kepribadian
  • Tanggal lahir : 10 October (Diduga)
  • Jenis Kelamin : Laki Laki 
  • Umur : 15-16
  • Kekkei Genkai : Sharingan 
  • Bijuu : Kurama(Kyuubi)
  • Klasifikasi : Jinchūriki
  • Afiliasi : Konohagakure
  • Klan : Uzumaki
  • Menma with Mask
Menma uzumaki
Naruto  ||  Menma
Dai Rasenringu (Great Rasenring)


*Jutsu

  • Dai RasenRingu
  • Fuuton : Rasenshuriken

Menma (メンマ, Menma), karakter yang muncul di Naruto Movie 6 : Road to Ninja, adalah putra dari Kushina Uzumaki dan Minato Namikaze di alam Genjutsu dari Konohagakure, Sehingga dia mirip dengan Uzumaki Naruto versi dunia itu, sama seperti Naruto juga , dia adalah jinchuriki dari Kyubi / Kurama

Penampilannya
Menma adalah kebalikan dari Naruto. Jika rambut naruto berwarna kuning, maka rambut Menma berwarna hitam. Sebelum identitasnya terungkap, Menma memakai Topeng Kitsune dan jubah hitam dengan kerah bulu berwarna putih. Di kedua tangannya terdapat sarung tangan dan memanjang sampai lengannya. Topengnya berguna untuk Untuk menyembunyikan Identitasnya, dan di ketahui kalau ia juga memiliki Sharingan 

Menma uzumaki
Menma ( sharingan )
Kemampuan
Kemampuan Menma ini pada dasarnya sama seperti Naruto, tapi bedanya RasenShuriken miliknya terlihat lebih Hitam jika di bandingkan milik Naruto , dia juga tampaknya memiliki kontrol yang lebih baik atas Kurama,  karena dia mampu memunculkan selubung bijuu dari tubuhnya...
Sharingan yang ada dimata kanannya, Mempermudahnya membaca gerak bertarung lawan dan meniru Tekniknya. sama seperti Kakashi ama Sasuke yang bisa menjiplak jutsu lawan'a.. itu dia specialnya sharingan -,- .

*Trivia
  • "Menma" adalah nama bumbu masakan Jepang yang biasanya juga ditemukan dalam Mie Ramen,mirip seperti Naruto.
  • Kepribadian Menma, bisa disamakan dengan Sisi hitam Naruto (Dark naruto).
  • Ada waktu dimana Menma menggunakan Teknik 'Dai Rasenringu' nya untuk menghancurkan Konoha yang mirip dengan serangan Pain di Konoha.
Mungkin itu sedikit yang bisa gw jelasin,, ya walaupun ngambil dari blog tetangga sedikit dan naruto.wikia..... tapi bisa la,,, yang jelas Menma itu adalah Naruto Versi gelap (Dark Naruto) karena Tobi/Obito sudah berhasil membuat Rencana'a berjalan walaupun hanya sementara "Tsukoyomi Terbatas" hmmm yang pastinya kita nunggu saja deh ntar pas Movienya come out ke Indonesia :D dan bisa nyaksikan langsung gimana serunya Movie ini.

Jumat, 13 April 2012

proposal skripsi


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBKONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII
MTs NU ASTANAJAPURA KABUPATEN CIREBON
(Penelitian Tindakan Kelas)

   PROPOSAL SKRIPSI



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari kesadaran tertentu ke suatu keadaan yang lebih baik. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, terutama bagi anak-anak yang belum dewasa. (Taqiyuddin, 2008: 1)
Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik (Trianto, 2007:1). Selain itu juga yang menjadi permasalahan yaitu tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia masih relative rendah (Wahidin, 2006: 40).
Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah, belajar di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman. Pengalaman yang terbentuk dari interaksi dengan orang lain atau lingkungannya  (Sukmadinata, 2003:155). Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan oleh para ahli.
Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting dalam membangun para digma pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan proses dengan merumuskan pertanyaan yang mengarah pada kegiatan investigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah data, mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuannya dalam masyarakat belajar. Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajran.
Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa berupa penerapan metode untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap pemecahan suatu masalah dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas ,maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah "Penerapan model pembelajaran inquiry discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subkonsep ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura Kabupaten Cirebon. "
B.    Rumusan masalah
1.      Identifikasi Masalah
a.       Wilayah Penelitian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inquiry discovery.
b.      Pendekatan Penelitian.
Pendekatan penelitian yang digunakan berupa pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian menggunakan perhitungan statistik.
c.       Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran inquiry discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subkonsep ekosistem di kelas VII MTsNU Astanajapura Kabupaten Cirebon.
2.   Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak keluar dari batas-batas wilayah kajian, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
a.       Model pembelajaran inquiry discovery dalam proses pembelajaran.
b.      Hasil belajar, yaitu pada ranah kognitif (nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran), dengan menggunakan tes awal dan tes akhir.
c.       subkonsep yang di gunakan dalam penelitian yaitu pokok bahasan ekosistem mata IPA Terpadu.
3.         Pertanyaan penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a.    Bagimanakah penerapan model pembelajaran inquiri discovery dalam pembelajaran IPA Terpadu pada materi Ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura ?
b.    Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiri discovery dalam pembelajaran IPA Terpadu pada materi ekosistem  di kelas VII MTs NU Astanajapura?

C.     Tujuan Penelitian
1.    Mengetahui bagimanakah penerapan model pembelajaran inquiri discovery dalam pembelajaran pembelajaran IPA Terpadu pada materi ekosistem  di kelas VII MTs NU Astanajapura?
2.    Mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran inquiri discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu pada materi ekosistem  di kelas VII MTs NU Astanajapura?
D.    Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan penulis setelah penelitian dilaksanakan.
1.          Siswa: hasil penelitian ini diharapkan bisa semakin meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII MTs NU Astanajapura pada bidang studi IPA Terpadu, khususnya pada penguasaan materi Ekosistem.
2.          Guru; hasil penelitian ini diharapkan bisa semakin meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga dengan begitu aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa bisa ditingkatkan secara optimal.
3.        Sekolah; hasil penelitian ini setidaknya bisa menambah referensi dan khazanah bagi kepustakaan sekolah, yang suatu saat mungkin berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah setempat.
E.     DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memaknai beberapa kata yang menjadi kunci pokok dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti berusaha menyamakan persepsi dengan pembaca dalam mendevinisikan kata-kata tersebut:
1.         Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang rlevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau ekperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.
2.         Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara seorang guru dengan para siswanya.
3.         Hasil belajar merupakan kemempuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (Nashar, 2004: 77).
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah terprogramkan (Mulyasa, 2004:117).
Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang dianjurkan pada lembaga pendidikan yang berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa macam pembelajaran yang disajikan secara kait berkait. Dalam pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum yang sekarang dikembangkan dan dilaksanakan. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kopentensi yang berguna bagi dirinya. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didalam kegiatan pembelajaran. KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Meskipun sudah ditetapkan sebagai kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, masih sedikit guru memahami dan melaksanakan KTSP, ini bisa kita lihat pada proses pembelajaran di kelas-kelas yang menggunakan model-model pembelajaran pola lama, dimana guru dalam proses pembelajarannya tidak mengembangkan kompetensi peserta didik seperti yang diharapakan oleh KTSP, guru masih sebagai sentral pembelajaran (Fadil. 2009).
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman. Pengalaman yang terbentuk dari interaksi dengan orang lain atau lingkungannya  (Sukmadinata, 2003:155).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1995:22).
Tinggi rendahnya kualitas belajar siswa tergantung pada komponen-komponen antara lain siswa, kurikulum, guru, metode, sarana prasarana dan lingkungan. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.misalnya ketertarikan siswa, motivasi siswa, metode guru bervariasi, teknik guru dalam mengajar di kelas mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Apabila metode yang digunakan dalam penyampaian materi-materi tertentu, siswa antusias untuk belajar, karena siswa termotivasi. Dalam proses pembelajaran biologi hendaknya guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
Peserta didik (siswa) agar dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan materi ekosistem, maka dalam proses pembelajaran diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry discovery. Melalui penerapan model pembeljaran inquiry discovery diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.








Berikut ini merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian :

 


















Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir

D. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap  permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998: 67). Adapun Hipotesis yang penulis ajukan adalah:
 “Penerapan Model pembelajaran Inquiry Discovery  untuk meningkatkan hasil belajar  siswa pada konsep ekosistem di kelas VII MTs NU Astanajapura Kabupaten Cirebon.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Model Pembelajaran Inquiry – Discovery
1.      Pengertian inqury – discovery
 Pembelajaran inqury-discovery bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Bertolak dari hal tersebut ada beberapa pendapat mengenai defines dari pembelajran Inquiry-discovery diantaranya adalah: Sund (1975) dalam Moh. Amien (1979: 5) menyatakan bahwa “Discovery adalah proses mental dimana individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip”.
 Menurut Roestiyah (2002: 20) “Discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri agar anak belajar sendiri”.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) “ Inquiry –Discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri”. Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran Inquiry-Discovery adalah suatu kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, mencoba sendiri sehingga menemukan konsep sendiri.
Pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untu menjamin siswa dapat mengembangkan proses penemuan. Inquiry di bentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain inquiry adalah suatu proses perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara-cara yang lebih dewasa. Sebagi tambahan pada proses-proses inquiry-discovery mengandung proses-proses yang lebih tinggi tingkatannya.
Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran inquiry-discovery diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran inquiry-discovery merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan megikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran inquiry-discovery adalah:
1.      Menciptakan suasana yang memberi peluang untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah.
2.      Sebagai fasilitator dalam penelitian.
3.      Rekan diskusi dalam pencarian alternatif pemecahan masalah.
4.      Pembingbing penelitian, pendorong keberanain berpikir alternatif dalam pemecahan masalah.
Sedangkan peranan siswa adalah:
1.        Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif pemecahan masalah.
2.        Aktif mencari informasi dan sumber-sumber belajar.
3.        Menyimpulan dan analisis data.
4.        Melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah.
5.        Mencari alternatif masalah bila terjadi kebuntutan.

2.      Kelebihan dan kelemahan pembelajaran Inquiry-Discovery
Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pada pembelajaran inquiry-discovery siswa dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga di harapkan dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsic siswa karena siswa merasa puas atas hasil dari penemuan mereka. Pembelajarn ini menumbuhkan waktu yang cukup banyak, karena dalam prosesnya siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri. Apabila selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau kurang terarah, maka akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas konsep yang dipelajari.

Menurut Roestiyah (2002:20-21) model pembelajarn inquiry-discovery memiliki kelebihan dan kekurangan:
Kelebihan model pembelajaran inquiry-discovery yaitu:
a.         Mampu mengembangkan penguasaan keterampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan potensi yan ada pada diri siswa itu sendiri.
b.        Mampu memberikan motivasi belajar, memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri siswa dengan proses menemukan sendiri.
Kekurangan model pembelajaran inquiry-discovery yaitu:
a.         Siswa harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengatahui keadaan sekitarnya dengan lebih baik.
b.        Bila kelas terlalu besar, maka bentuk ini akan kurang berhasil.

3.      Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran inquiry discovery
Pembelajaran yang dilakukan dengan inquiry discovery adalah pembelajaran dimana metode-metode tersebut tidak lepas dan tetap berpijak pada langkah-langkah inquiry discovery. Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran discovery menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah sebagai berikut:
a.       Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan,
b.      Problem statement: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebagai persoalan,
c.       Data collection: pengumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamatti obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa,
d.      Data prosessing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data pada tinkat kepercayaan tertentu,
e.       Verifikasion atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada,
f.       Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
4.      Macam-macam pembelajaran inquiry discovery
Menurut Moh. Amien (1979:15) bahwa pengembangan kemampuan “inquiry discovery’ pada diri siswa melalui pengajaran science dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:
a.       Guided discovery-inquiry
b.      Discovery-inquiry bebas
c.       Discovery-inquiry babas yang termodifikasi
d.      Inquiry role approach
e.       Invitation into inquiry
f.       Pictorial riddle
g.      Synthetic lesson
Dari beberapa jenis tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a).       Discovery-Inquiry Terbimbing (Guided Discover-Inquiryy)
Salah satu pengembangan kemampuan “discovery-inquiry” pada diri siswa melalui pengajan science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided discovery-inquiry laboratory lesson. Menurut Moh. Amien (1979 : 15) “Istilah “guided discovery-inquiry” digunakan apabila didalam kegiatan “discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan/ prtunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa guided discovery-inquiry atau discovery-inquiry tebimbing adalah kegiatan pembelajaran penemuan, di mana permasalahan/problem diberikan oleh guru.
Siswa tidak merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Menurut Moh. Amien (1979 : 15-16) Pada umumnya suatu “guided discovery lab lesson” terdiri dari:
1) Pernyataan problema : problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagi pertanyaan atau peryataan biasa;
2) Prinsip atau konsep yang diajarkan : prinsip-prinsip dan/atau konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat;
 3) Alat/Bahan : alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan;
4) Diskusi pengarahan : berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan “discovery-inquiry”;
5) Kegiatan discovery-inquiry : kegiatan metoda “discovery-inquiry” oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan/atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru;
6) Proses berpikir siswa : proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang “mental operation: siswa yang diterapkan selama kegiatan berlangsung;
7)  Pertanyaan yang bersifat “open-ended” : pertanyaan yang bersifat “open-ended” :  harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa;
8) Catatan guru : catatan guru berupa catatan-catatan lain yang meliputi : penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran, isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variable yang dapat mempengaruhi hasil.
b).      Discovery-Inquiry Bebas (Free Discuvery-Inquiry)
Discover-inquiryy bebas merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memberi kebebasan siswa untuk menentukan masalah sendiri, mencari konsep, dan merancang eksperimen sampai mencari kesimpulan. Di sini guru hanya sebagai teman belajar apabila diperlukan sebagai tempat bertanya. Biasanya discovery bebas tidak berjalan, siswa masih memerlukan bimbingan
c). Discovery-Inquiry Bebas Termodifikasi (Modified Free Discovery-Inquiry)
Model pembelajaran discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan discovery-inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di dorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.

d).      Inquiry Role Approach (I.R.A)
Menurut Moh. Amien (1979: 21) inquiry role approach (I.R.A) merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang melibatkan siswa dalam team-team yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota team diberi tugas suatu perananan yang berbeda-beda sebagai berikut: 1) team coordinator; 2) technical advisor; 3) data recorder; 4) proses evaluator. Anggota team menggambarkan peranan-peranan di atas, bekerja sama untuk memecahkan problem-problem yang berkaitan dengan topic yang disetudi. Misalnya: populasi burung, tingkah laku tikus, anak abnormal, dan sebagainya


e).       Pictorial Riddle
Menurut Moh. Amien (1979: 23) Pembelajaran dengan menggunakan”pictorial riddle” adalah salah satu teknik/metoda untuk mengembangkan motivasi dan interest siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar peraga atau situasi yang sesunggunya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatip siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di papann tulis dan sebagainya, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle”.

B. Hasil Belajar
1.           Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemempuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (Nashar, 2004: 77). Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 170) mengemukakan bahwa evaluasi adalah keseluruha kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan ) untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. Selain itu hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang memiliki ciri-ciri: 1) Tingkah laku baru berupa kemampuan yang actual, 2) kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang relative lama, 3) kemampuan baru tersebut di peroleh melalui suatu aktifitas. Gagne mengungkapkan hasil belajar sebagai kapasitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar meliputi lima katagori hasil belajar, yaitu: 1). Ketrampilan intelektual, 2). Informasi verbal 3). Strategi kognitif, 4). Ketrampilan kognitif, dan 5). Sikap atau nilai-nilai.
Dimana hasil dari proses pembelajaran itu ialah perubahan perilaku individu secara keseluruhan yang menurut Benyamin Bloom (1956) dalam surya (2004: 17) menyebutkan ada tiga perilaku sebagai hasil dari pembelajaran, yaitu : Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Hasil perilaku yang di peroleh selanjutnya dapat di pergunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa agar menuju ke arah yang lebih baik.
2.   Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut adalah sbagai berikut:
1. Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni:
a. Faktor environmental input (lingkungan)
kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik/alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembapan, kepengapan, udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
b. Faktor-faktor instrumental
               Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan pengunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan.
Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti:
·         Gedung perlengkapan belajar
·         Alat-alat praktikum
·         Perpustakaan, dan sebagainya,
Adapun  faktor-faktor lunak (software), seperti:
·                     Kurikulum
·                     Bahan/program yang harus dipelajari,
·                     Pedoman-pedoman belajar dan sebagainya

2.  Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian:
a. Kondisi fisiologis anak
b. Kondisi psikologis anak
 Di antara berbagai factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, maka sebenarnya kondisi individu si pelajar/anaklah yang memegang peranan paling menentukan, baik itu kondisi fisiologis maupun psikologis.
a. Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cape, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan mengganggu kondisi fisiologis), dan sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Anak yang kekurangan gizi misalnya, ternyat kemampuan belajarnya berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi biasanya cenderung lekas lelah,cape, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Di samping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar orang melakukan aktivitas belajar dengan mempergunakan indera penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi psikologis anak
sebagaimana diuraikan terlebih dahulu mengenai dasar-dasar psikologi belajar, di mana setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psiokologi yang berbeda-beda (terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu perbedaan-perbedaan itu sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seprti minat yang rendah, tentu hasilnya akan lain jika dibandingkan dengan anak yang belajar dengan minat yang tinggi, dan seterusnya.
Di bawah ini akan di uraikan beberapa faktor psikologis yang di anggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar.
1. Minat
Seperti contoh di atas, minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.
2. Kecerdasan
Telah menjadi pengertian yang relative umum bahwa kecerdasan memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quotient (IQ).
3. Bakat
Di samping intelegensi, bakat merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hamper tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu
4. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikolagis yang mendorong seseorang untuk belajar. ( Ahmadi dan Joko, 1997:105).

C.      Penelitian Tidakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih professional (Suyanto, 1997:4).
Dalam literature bahasa inggris, PTK dikenal dengan istilah classroom action research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi perhatian para ahli pendidikan dunia. Seiring dengan perubahan pola pandang masyarakat terhadap tugas para pendidik sebagai profesi yang tidak lagi inferior. Para praktisi pendidikan dunia berupaya memposisiskan pekerjaan guru sebagi profess yang sejajar dengan profesi-profesi yang lainnya.
Menurut Sukidin, dkk (2002:54), ada 4 (empat) macam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan itu ada persamaan dan perbedaannya.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kolaborasi , dimana guru berkolaborasi dengen peneliti terlibat langsung secara penuh dalam proses pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap menyusun perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi  dan tahap refleksi. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.
       Sebenarnya ada beberapa macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. namun, model yang tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru di kelas adalah penelitian model siklus. model ini dikembangkan oleh kemmis dan Mc Tanggart pada tahun 1988 dari dekain university australia (ansori, 2009:68).
Penelitian ini mengandung emapt komponen, yaitu:
a.       Rencana (planing)
Pada komponen ini guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dalam meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan perstasi belajar siswa.

b.      Tindakan (Action)
Pada komponen ini guru melaksanakan  tindakan, berdasarkab rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
c.    Pengamatan (Observation)
Pada komponen ini guru mengamati damapak atau hasil dari tindakan yang dilakasanakan atau dikenakan terhadap siswa. apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan  proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak
d.   Refleksi (Reflektion)
Pada komponen ini guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan.
Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipilih,  yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian  tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam ansori, 2009:68), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1 berikut :




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgLSE6UwFjaLzem4KWzQKnxDiLnl9Sjnx5NXPTY_Gc-_eAzcRmBbF0JXn57eiFDyRYBHfNo61BI9LQhvwiyHRzXPnbVkhTzctsnYpKs14YXpDij9XnxNwpDbx7Z4SJF7OphGEPoiZM5RA/s320/M-PTK-3.jpg
Gambar 2.1.: Alur PTK Kemmis dan Taggart
         Penjelasan alur diatas adalah:
1.  Rancangan/rencana awal. Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu  menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2.  Pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru menerapkan tindakan yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya, yang tidak lain adalah langkah-langkah kegiatan pembelajaran terkait dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Discovery yang telah dipilih dan ditetapkan.
3.  Pengamatan atau observasi. Tahap ini pelaksanaannya bersamaan dengan tahap sebelumnya, yakni pelaksanaan tindakan. Dan jika pelaksana tindakan (guru) sekaligus bertindak sebagai pengamat (dalam penelitian tindakan individual, di mana guru bertindak sekaligus sebagai peneliti tanpa kolaborasi dengan pihak lain), maka instrumen pengamatan sebaiknya telah disiapkan secara terstruktur dan sistematis.
4.  Refleksi. Tahap ini merupakan kegiatan untuk merenungkan dan memikirkan kembali tindakan-tindakan yang sudah maupun yang belum dilakukan,  keberhasilan dan kekurangannya, hambatan-hambatan yang dihadapi selama melakukan tindakan, dan lain sebagainya. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai pengamat (peneliti), maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan ”dialog” dengan dirinya sendiri untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rencana, atau untuk menemukan hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam hal seperti ini maka guru melakukan ”self evaluation”, introspeksi, oto-kritik, dan sebagainya yang sudah barang tentu diharapkan bisa bersikap obyektif. Dan untuk menjaga obyektifitas yang diharapkan seringkali diperlukan hasil refleksi itu divalidasi atau minimal dikonsultasikan dengan teman sejawat, ketua jurusan, kepala sekolah, atau pihak lain yang kompeten dalam bidang itu. Jadi pada intinya, kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi tindakan, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus penelitian berikutnya.
D.Kajian Konsep Mata Pelajaran Biologi
1.        Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang didalamnya trdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu). Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup dan interksi antar makhluk hidup dan lingkunhgannya. Dalam ekologi, kamu akan mempelajari makhluk hidup sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya.
a.      Komponem Penyusun  Ekosistem
1.    Komponem biotik
Komponem bioti merupakan komponem yang terdiridari tumbuhan, hewan manusia dan mikroorganisme. Berdasarkan fungsi, komponem biotik di bedakan menjadi:
a.       Produsen
     Produsen merupakan kelompok organism yangn dapat membuat makanan sendiri. Semua jenis tumbuhn yang dapat memuat makanan sendiri? Tumbuhan dapay membuat makanan sendiri melalui fotosintesis.
b.      Konsumen
Kelompok yang terdiri dari hewan dan manusia. Kelompok ini tidak dapat membua makanan sendiri, untuk itu tergabtung pada organisme lain . organism tersebut disebut organism heterotrof, ysng srtinys orgsnisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya tergantung pada organism lain. Maka di sisni terjadi peristiwa makan memakan.
Berdasarkan tingkat makanannaya, terbagi menjadi:
1.Konsumen I atau primer: organisme yang makan produsen (tumbuhan hijau)
2.Konsumen II atau sekunder: organism yang makan konsumen I atau primer.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen sebagai organisme heterotrof di bagi menjadi:
1)        Herbivora : hewan pemakan tumbuhan
Contoh: kerbau, kambing, belalang.
2)        Karnivora: hewan pemakan daging
Contoh: anjing, elang, harimau.
3)        Omnivora: hewan pemakan segalanya
Contoh: tikus, ayam. Luwak.
c.       Pengurai atau dekompuser
  Merupakan organisme yang menguraikan senyawa organic atau bahan makanan yang ada pada sisa organisme menjadi senyawa an organic yang lebih kecil. Pengurai biasanya dari golongan jamur dan bakteri yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan mereka memperoleh makanan dengan cara menguraikan organism yang telah mati. Hasil penguraian ini berupa zat mineral tersebu akan meresap kdalam tanah. Zat mneral tersebut akan dia ambil tumbuhan.
2.      Komonem abiotik
Merupakan komponem yang tak hidup. Komponem itu antara lain: tanah, air, udara, cahaya matahari.
2.         Satuan- satuan ekosistem
Individu merupakan makhluk hidup tunggal. Sedangkan populasi merupakan sekelompok makhluk hidup yang sejenis mendiami tempat tertentu. Kepadatan populasi suatu jenis makhluk hidup pada satu daerah dari tahun ke tahun mengalami perubahan.
Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perubahan populasi, sebagi berikut:
1.      Adanya individu yang dating, yaitu karena adanya kelahiran (natalitas) dan imigrasi.
2.      Adanya individu yang pergi, karena adanya kematian (mortalitas) dan emigrasi.
Tempat hidup makhluk hidup itu disbut dengan habitat. Populasi rumput, populasi semut dan populasi hidup bersama-sama di tempat tertentu dsebut komunitas. Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi yang berbeda dan hidup bersama pada tempat tertentu. Makhluk hidup bertempat tnggal dalam suatu habitat akan tergantung pada lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Kesatuan antar komunitas dengan lingkungannya di mana didalamnya ada hubungan timbalbalik disebut dengan ekosistem.
Terdapat dua macam ekosistem, yaitu:
1.      Ekosistem buatan: yang sengaja dibuat oleh manusia. Misal: sawah, kolam akuarium.
2.      Ekosistem alami: yang tidak dibuat oleh manusia tetapi sudah ada dari alam. Misal: sungai, panta, hutan.
Ekosistem terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari seluruh ekosistem yang ada di permukaan bumi.

3.         Hubungan Saling Ketergantungan
Di dalam suatu ekosistem, saling ketergantungan antar yang satu dengan yang lainnya meliputi dua bagian, yaitu:
1.      Saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik. antara mkhluk hidup dengan lingkungan abiotik memiliki hubungan sangat erat. Sebagai contoh:
a.       Hubungan cacing tanah dengan kesuburan tanah
Cacing tanah sebagai makhluk hidup tentu saja melakukan aktifitas hidup seperti makhluk hidup yang lain. Gerakan cacing tanah di dalam tanah akan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang didalam tanah. Adanya lubang—lubang tersebut menimbulkan rongga udara dan mengakibatkan kadar oksigen di dalam tanah.
b.      Hubungan antara tumbuhan, tanah dan air.
Lahan gundul (lahan yang tidak tertutup oleh tanaman) memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam menyerap air. Pada saat hujan turun, air akan banyak mengalir diatas permukaan dari pada kedalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya banjir atau erosi (pengikisan tanah oleh air hujan). Namun, apabila permukaan tanah tertutup oleh rumput atau tumbuhan lain, maka bila hujan turun, air akan banyak meresap kedalam tanah dan tertahan oleh akar tumbuhan menjadi air tanah.
2.      Saling ketergantungan antara produsen, konsumen, pengurai dan lingkungan.
Di antara produen, konsumen dan pengurai adalah saling ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk  lainnya. Setiap makhluk hidup memerluka makhluk hidup yang alinnya untuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan melalui peristiwa sebagai berikut:
a.       Rantai makanan
Rantai makanan merupakan makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan urutan tertentu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqEJtEmGNmDmfYC6iAkEbuTHozIkJnTi4BOA96oNCK-_7hhzCaJsY7coGlmKYUeHdIOWFuVWMZzxFVo-PNP3quKUeBxu9xCVe-qxaPgTHgf45JujDVUXziClV1G5C7CXojJETRzigneQE/s320/perumput+edit.bmp
                  Gambar 2.2. Rantai makanan
b.      Jarring-jaring makanan
Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem.
http://www2.jogjabelajar.org/jlg2010/smp/ipa/smp_ipa_vii_2_7.1/materi/gambar-materi/jaring2_makanan.jpg
                Gambar 2.3. Jaring-jaring Makanan
c.       Piramida Makanan
Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke puncak biomassanya semakin kecil.
http://www2.jogjabelajar.org/jlg2010/smp/ipa/smp_ipa_vii_2_7.1/materi/gambar-materi/piramida_makanan.jpg
Gambar 2.4. Piramida Makanan.

d.      Arus Energi
Merupakan perpindahan energy dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Yaitu dari sinar matahari lalu produsen, ke konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai. Sedangkan mineral membentuk siklus. Energy yang dilepas sangat kecil karena setiap organism membutuhkan energy dalam memenuhi kebutuhannya.
e.       Siklus energi
Merupakan perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Akhirnya akan kembali ketempat zat itu berasal. Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubungan timbale balik diantara komponem-komponem ekosistem.






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Waktu dan Tempat Penelitian
      1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari tanggal …….. sampai dengan tanggal …… 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII MTs NU Astanajapura, yang    terletak di desa Astanajapura Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon.
B.     Kondisi Umum Wilayah Peneltian
MTs NU Astanajapura mulai berdiri tahun 1982. Lokasinya terletak di Jalan raya Astanajapura KM. 14 Desa Astanajapura Kecamatan Astanajapura Kabuapten Cirebon. MTs NU Astanajapura ini terletak di antara dua kawasan yaitu pemikiman penduduk dan areal perkebunan.Sebelah barat perumahan penduduk dan sebelah utara areal sawah atau perkebunan.
Berdasarkan hasil observasi, jumlah guru yang mengajar di MTs NU Astanajapura sebanyak 31 orang guru sudah termasuk kepala sekolah. Dimana untuk guru IPA-nya berjumlah 3 orang. Dan karyawan TU di MTs NU Astanajapura ini ada 6 orang sudah termasuk 1 orang penjaga dan pesuruh 1 orang. Adapun jumlah siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 tercatat 419 siswa. Dengan rincian kelas VII 140 siswa, kelas VIII 139 siswa, dan kelas IX 140 siswa. Untuk sarana dan prasarana di MTs NU Astanajapura kurang memadai, ini dapat dilihat dari tidak adanya sarana olah raga seperti lapangan basket. Kalau masalah ruanngan sudah sangat memadai, sehingga ruang kelas tidak bergantian. Selain itu terdapat ruang perpustakaan, tata usaha, kepala sekolah, guru, BK/BP, OSIS, Koperasi, Musholla.
Kegiatan belajar mengajar di MTs NU Astanajapura selalu mengikuti perkembangan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerinah. Adapun kurikulum yang diberlakukan saat ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dimana dalam penerapan kurikulum ini dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional. Dalam hal ini tenaga pengajar yang dimiliki MTs NU  Astanajapura cukup memadai karena dari 3 orang guru IPA sudah menyelesaikan jenjang S1 (sarjana) yang merupakan syarat untuk mengajar di  tingkat SMP/MTs supaya kompeten dibidangnya.
Dengan demikian proses belajar mengajar di MTs NU Astanajapura dapat dikatakan sudah memenuhi syarat dan cukup optimal dalam mengikuti perkembangan pendidikan.
Fasilitas dalam pembelajaran sains yang ada pada MTs NU Astanajapura tersebut belum memadai, karena belum adanya ruangan laboratrorium biologi.

C . Desain Penelitian
     Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model dari kemmis & McTaggart , yang menggunakan sistem spiral. Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penelitian yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgLSE6UwFjaLzem4KWzQKnxDiLnl9Sjnx5NXPTY_Gc-_eAzcRmBbF0JXn57eiFDyRYBHfNo61BI9LQhvwiyHRzXPnbVkhTzctsnYpKs14YXpDij9XnxNwpDbx7Z4SJF7OphGEPoiZM5RA/s320/M-PTK-3.jpg
Gambar 3.1: Alur PTK Kemmis dan Taggart


D. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
1.       Sumber data
a.       Teoretis, berupa data yang diperoleh dari berbagai literature seperti buku-buku yang relevan, jurnal, internet dan lain-lain.
b.      Empiris, sumber data yang diperoleh berdasarkan penelitian dan pengamatan langsung sehingga diperoleh data yang akurat.
2.       Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Menurut Riduwan (2006: 3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian.  Dalam peneletiian ini penulis mengambil populasi siswa kelas VII di MTs NU  Astanajapura kelas VII B dengan jumlah siswa tersebut sebanyak 40 siswa.
b.      Sampel
Menurut Riduwan (2006: 56) yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Dalam pengambilan sampel yang akan diteliti, penulis menggunakan teknik sampel random sampling. Adapun bentuk pengambilan sample yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan sample random. Di dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama dan memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel yaitu kelas VII B dengan jumlah siswanya 40 orang. Dimana penulis merujuk kepada Suharsimi Arikunto (2006: 134).

E.     Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Test, Dalam hal ini penggunaan metode test bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam subkonsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan peta konsep. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah test formatif dalam bentuk pilihan ganda.
2.      Wawancara, yaitu melakukan komunikasi secara langsung untuk meperoleh informasi, penjelasan, dan tanggapan dari kepala sekolah, staf TU, dan guru.
3.      Angket/kuesioner, yaitu melakukan komunikasi secara tidak langsung dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada para siswa, untuk memperoleh data berupa tanggapan sebagai bahan penganalisaan terhadap perumusan masalah yang telah ditetapkan.
4.      Studi Dokumentasi, yaitu  melakukan pengkajian terhadap beberapa dokumen yang berkaitan dengan data sekolah.
5.      Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini merupakan lembaran yang berisi aspek pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas dan pedoman lembar observasi ini terdapat di lampiran.

F.       Analisis Data Instrumen
a)        Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002:65).
Validitas dalam ranah kognitif ada dua macam, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
1)      Validitas isi soal
Untuk memenuhi validitas isi soal sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu berdasarkan kurikulum yang berlaku.


2)      Validitas butir soal
Menurut Suharsimi Arikunto (2002) “sebuah tes dikatakan memiliki valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat”. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment.
                                                                         (Arikunto, 2002:72)
  
Keterangan:      
rxy       :  angka indeks korelasi “r” Product Moment
N      :  jumlah subjek penelitian (Number of Cases)
∑X   :  jumlah seluruh skor X
∑Y   :  jumlah seluruh skor Y
∑xy  :  jumlah perkalian skor X dan skor Y
Kriteria:       
0,80 – 1,00  :  sangat tinggi
0,60 – 0,80  :  tinggi
0,40 – 0,60  :  cukup
0,20 – 0,40  :  rendah
0,00 – 0,20  :  sangat rendah
(Arikunto, 2002:75)
Nilai thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan ttabel dengan taraf signifikansi 5 % dan df = N-2 (Sudijono, 2003:181).  Jika rhitung > rtabel, maka item soal tersebut valid, dan pada keadaan lain, item soal tersebut tidak valid.

b)        Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan dapat dipercaya, artinya suatu instrument dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas tes menggunakan metode belah dua (Split-half method), yaitu skor-skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor ganjil yang dikorelasikan dengan skor genap. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes menggunakan rumus Spearman-Brown: 
                                  (Arikunto, 2008:93)

Keterangan:   
r11          :  koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
      r  :  korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria:                
      r11 ≤ 0,20  :  sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40   :  rendah
0,40 < r11 ≤ 0,60   :  sedang
0,60 < r11   ≤ 0,80  :  tinggi
0,80 < r11   ≤ 1,00  :  sangat tinggi



c)         Tingkat Kesukaran
                     Arikunto (2002: 144) , soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menentukan derajat kesulitan digunakan rumus sebagai berikut:    
        IK= SA  +  SB
                Nx Maks
Dengan:      
IK       =  Indek kesukaran
SA          = jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
SB          = jumlah jawaban salah pada kelompok bawah (B)
N        = jumlah siswa
Maks  = Skor Maksimal
Kriteria harga indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
IK =  0,00           = sangat sukar (sebaiknya dibuang)
0,00 <IK <  0,30 = sukar
0,31 <IK <  0,70 = sedang
0,71 <IK <  9,99 = mudah
IK = 1,00 = sangat mudah, sebaiknya dibuang
( Subana dan Sudrajat, 2001: 133-134)
d)        Daya Pembeda
Daya pembeda adalah yang digunakan dalam membedakan antara peserta test yang berkemampuan tinggi dan peserta test yang berkemampuan rendah (Surapranata, 2004 : 23)
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
DP = SA -  SB
          1 Nx Maks
          2  
Dengan:
        DP     =  daya pembeda
SA          = jumlah jawaban benar pada kelompok atas (A)
SB          = jumlah jawaban salah pada kelompok bawah (B)
N        = jumlah siswa
Maks  = Skor Maksimal
Kriteria harga daya pembeda adalah sebagai berikut :
Kriteria harga indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
DP   <   0,00        = Sangat jelek
0,00 <DP <  0,20                                                                                     = Jelek
0,21 <DP <  0,40                                                                                 = Sedang
0,41 <DP <  7,00  = Baik
0,71 <DP <  1,00  = Sangat baik
( Subana dan Sudrajat, 2001: 134-135)



e). Angket
Menurut Riduwan (2006: 7) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.
                  Angket ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan kepada siswa dengan memberikan lima alternative pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
                  Skala yang digunakan ialah skala Likert, dengan ketentuan-ketentuan untuk alternatif jawaban positif SS= 5, S= 4, N= 3, TS= 2 dan STS=1, dan untuk skor pernyataan negatif SS= 1, S= 2, N= 3, TS= 4 dan STS= 5.
                                Tabel  1.
 Kriteria Interpretasi Skor Angket
No.
Angka
Kriteria
1
0% - 20%
Sangat Lemah
2
21% - 40%
Lemah
3
41% - 60%
Cukup
4
61% - 80%
Kuat
5
80% - 100%
Sangat Kuat

   (Riduwan,2006: 89).

G.      Prosedur Penelitian
Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penelitian yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi.
Pembelajaran IPA Terpadu  kelas VII MTs NU Astanajapura  didesain dengan menggunakan model pembelajaran inquiry discovery Dan tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi :
1. Siklus I
Siklus I ini secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut ini :
    a. Perencanaan
 Pada tahap observasi dan wawancara disekolah, peneliti dapat menyimpulkan beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala yang ada disekolah tersebut terutama permasalahan dikelas VII. Oleh karena itu, peneliti telah merencankan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran.
Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu : penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model Inquiry Discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar.
Penyusunan dan penyiapan soal test, persiapan sarana belajar. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiayan proses belajar mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Inquiry Discovery seperti yang telah direncanakan sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Adapun rician pelaksanaan tindakanya adalah sebagai berikut:
1.  Kegiatan Pendahuluan
a.     Absensi
b.    Motivasi
                                  1)  Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
c. Apersepsi
                        1) Menyebutkan standar kompetensi
                        2) Menyebutkan kompetensi dasar
                        3) Menyebutkan indikator pencapaian tujuan pembelajaran
2.   Kegiatan Inti
a.       Guru membahas tentang pengertian ekosistem beserta dengan komponem-komponemnya.
b.      Dengan bimbingan guru siswa mengkomunikasikan dan menyimpulkan tentang pengertian ekosistem.
c.      Guru bersama siswa mendiskusikan komponem-komponem ekosistem.
3.      Kegiatan akhir
a.       Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan.
b.      Siswa melaksanakan evaluasi materi ekosistem sebagai tolak ukur keberhasilan KBM
c.       Guru membuat refleksi dari hasil kegiatan dan memberi tugas rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan ataun popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara optimal.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
Pada refleksi II kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan model inguiry discovery dalam menentukan komponem-komponem ekosistem. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II.

2. Siklus II
Siklus dua dapat dilakuakn setelah pemahaman siswa dari siklus I terdeteksi dan siklus II ini digunakan guna memperbaiki Siklus I. siklus II ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu : penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model inquiry discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar.
Penyusunan dan penyiapan soal test, persiapan sarana belajar, LKS yang disusun peneliti untuk dikerjakan peserta didik. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiatan proses belajar mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran nquiry discovery seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar.
1.  Kegiatan Pendahuluan
a.     absensi
b.    Motivasi
                        1)  Siswa di suruh menyebutkan satuan-satuan dalam ekosistem.
c.     Apersepsi
                        1) Menyebutkan standar kompetensi
                        2) Menyebutkan kompetensi dasar
                        3) Menyebutkan indikator pencapaian tujuan pembelajaran
    2.  Kegiatan Inti
a.       Guru mengkondisikan siswa untuk membentuk kelompok kerja.
b.      Guru mempersiapkan dan mendampingi siswa untuk  melakukan membuat peta konsep tentang komponem-komponem ekosistem.
c.    Memfasilitasi peserta didik membuat kesimpulan  secara tertulis dan dilanjutkan diskusi kelompok.
      3.  Kegiatan Penutup
a.  Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan.
            b.  Guru memberi tugas rumah.

c. Pengamatan
Pengamatan ataun popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara optimal.

d. Refleksi
Dari kegiatan yang dilakukan peneliti, wawancara dan post tes, dapat dilihat perlunya remedial sebagai bahan perbaikan dan pengendali kegiatan belajar mengajar tahap berikutnya agar berjalan seperti model yang yang akan diterapkan oleh peneliti yaitu model pembelajaran inquiry discovery Refleksi ini akan dilakukan dalam kegiatan pada siklus I dan II.
Pada refleksi III kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan model inguiry discovery dalam menentukan hubungan antar komponem-komponem ekosistem. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus III.

3. Siklus III
Siklus tiga dapat dilakuakn setelah pemahaman siswa dari siklus I dan II  terdeteksi dan siklus III ini digunakan guna memperbaiki Siklus I dan II. siklus III ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu : penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model inquiry discovery melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar.
Penyusunan dan penyiapan soal test, persiapan sarana belajar, LKS yang disusun peneliti untuk dikerjakan peserta didik. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiatan proses belajar mengajar dikelas VII.
b. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Ditahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran inquiry discovery seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar.
1.  Kegiatan Pendahuluan
a.     Absensi
b.    Motivasi
                        1)  Siswa di suruh menyebutkan hubungan antar komponem ekosistem.
c.     Apersepsi
                        1) Menyebutkan standar kompetensi
                        2) Menyebutkan kompetensi dasar
                        3) Menyebutkan indikator pencapaian tujuan pembelajaran

    2.  Kegiatan Inti
a.    Guru mengkondisikan siswa untuk membentuk kelompok kerja.
b.    Guru mempersiapkan dan mendampingi siswa untuk  melakukan membuat peta konsep tentang hubungan komponem-komponem ekosistem.
c.    Memfasilitasi peserta didik membuat kesimpulan  secara tertulis dan dilanjutkan diskusi kelompok.
      3.  Kegiatan Penutup
a.  Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan.
            b.  Guru memberi tugas rumah.

c. Pengamatan
Pengamatan atau popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar berlangsung dikelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini peneliti mampu menyinpulkan kendala yang dialami oleh siswa didik tentang tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA Terpadu yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat guru peneliti, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara optimal.
d. Refleksi
Dari kegiatan yang dilakukan peneliti, wawancara dan post tes, dapat dilihat perlunya remedial sebagai bahan perbaikan dan pengendali kegiatan belajar mengajar tahap berikutnya agar berjalan seperti model yang akan diterapkan oleh peneliti yaitu model pembelajaran inquiry discovery Refleksi yang telah dilakukan dalam kegiatan pada siklus III.
Pendahuluan
 
 



 

























Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :Pustaka Setia
Arikunto, S . 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Aripin, Ipin. 2008. Modul Pelatihan teknik pengolahan Data dengan Excel dan SPSS. Tidak diterbitkan.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dimyati dan Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Mohamad Jauhar.2011. Implementasi Paikem Dari Behavioristik Sampai Kontruktivistik. Jakarta :Prestasi Pustakarya